Skip to main content

Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC)


Dalam menentukan kelayakan menggunakan IRR (Iinternal rate of return) maupun NPV (net present value) dalam studi kelayakan usaha ( feasibility study ) tentunya harus menghitung terlebih dahulu discount rate berupa Weighted Average Cost f Capital (WACC). Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menentukan WACC dengan menggunakan contoh kasus, yaitu :

Biaya proyek pembangunan  Villa oleh PT. AAA ini terdiri dari aktiva tetap  dan modal kerja, sebesar Rp 86.439.541.990,-.  

KETERANGAN    Nilai Buku        %
      Rp 000 



INVESTASI

Tanah    1.269.587.629      1,47%
Bangunan     8.332.798.732      9,64%
Infrastruktur    3.072.300.000       3,55%
External    5.887.946.823       6,81%
Mesin       900.000.000       1,04%
Inventaris       483.000.000       0,56%
Kendaraan    1.500.000.000       1,74%
Biaya Perijinan & Pra Operasi    1.540.000.000       1,78%
sub total    2.985.633.184     26,59%



IDC    1.341.709.167        1,55%



Total Investasi 24.327.342.350      28,14%



Modal Kerja  62.112.199.639      71,86%

Total Biaya Proyek 86.439.541.990     100,00%

Sedangkan komposisi permodalan untuk investasi tersebut adalah sebagai berikut :


Komposisi Permodalan
Rp. 000
            %





Investasi



Pinjaman KI
 14.115.000.000
16%
Modal Sendiri
   8.870.633.184
10%
Sub Total Investasi
 22.985.633.184
27%





IDC



KI IDC
                      -
0%
Modal Sendiri
   1.341.709.167
2%
Sub total IDC
   1.341.709.167
2%





Modal Kerja



KMK
 40.373.000.000
47%
Modal Sendiri
 21.739.199.639
25%
Sub Total Modal Kerja
 62.112.199.639
72%





Total Cost of Project
 86.439.541.990
100%

Sumber dana dalam proyek ini dengan komposisi seperti dalam tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. Kebutuhan investasi sebesar Rp 22.985.633.184,- dibiayai dari pinjaman atau kredit invetasi (KI) sebesar Rp 14.115.000.000,- dan sisanya sebesar Rp 8.870.633.184,- dibiayai dari modal sendiri.  
  2. Interst During Construction sebesar Rp. 1.341.709.167,- dibiayai dari modal sendiri.  
  3. Kebutuhan modal kerja sebesar Rp 62.112.199.639,- dibiayai dari pinjaman atau kredit modal kerja (KMK) sebesar Rp 40.373.000.000,- dan sisanya sebesar Rp 21.739.199.639 dibiayai dari  modal sendiri.
  4. Tingkat bunga pinjaman KI sebesar 14,5% per tahun sedangkan KMK 14%. 

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital) :
  1. Langkah pertama adalah menghitung cost of debt (CoD) terlebih dahulu. Dalam kasus ini, terdapat dua jenis pinjaman (debt) yaitu pinjaman Kredit Investasi (KI) dan Kredit Modal Kerja (KMK), sehingga kedua pinjaman (debt) tersebut harus kita hitung terlebih dahulu cost of debt - nya. Rumus yang digunakan untuk menghitung cost of debt adalah CoD KI = tingkat suku bunga KI x (1- pajak yang berlaku), CoD KMK = tingkat suku bunga KMK x (1- pajak yang berlaku). Perhitungannya adalah sebagai berikut, CoD KI = 14,5% x (1- 25%) = 10,875% ; CoD KMK = 14% x (1-25%) = 10,5%.
  2. Langkah selanjutnya adalah menghitung Cost of Equity (CoE). Rumus yang akan digunakan adalah CoE = Risk Free Rate + (Beta x Equity Risk Premium) + Country Risk Premium + Specific Risk. Risk free rate di ambil dari Surat Utang Negara (SUN) yang berlaku, diasumsikan SUN sebesar 7,9156% tgl 24 juni 2010, asumsi Beta adalah 1,38 ; Equity Risk Premium 7,5%; Country Risk Premium 0%; dan Specific Risk 2%. Maka CoE adalah =  7,9156% + (1,38 x 7,5%) + 0% + 2% = 20,26%.
  3. Langkah selanjutnya adalah menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital). pada tahapan ini, akan ada tiga perhitungan yaitu menghitung WACC KI, WACC KMK dan WACC Ekuitas (modal sendiri). Pertama kita akan menghitung WACC ki dengan rumus sebagai berikut WACC KI = CoD KI x Weight KI, sehingga WACC KI = 10,875% x 16% = 1,74%; WACC KMK = CoD KMK x Weight KMK, sehingga WACC KMK = 10,5% x 47% = 4,935%; dan WACC Equity = CoE x Weight, sehingga WACC Equity = 20,26% x (1-16%-47%)= 7,4962%. Setelah WACC KI,KMK dan Equity diketahui, maka WACC proyek adalah WACC KI + WACC KMK + WACC Equity = 1,74% + 4,935% + 7,4962% = 14,1712%.
Setelah WACC Proyek diketahui, maka WACC tersebut dapat dijadikan dasar untuk menentukan layak atau tidaknya sebuah proyek dengan menggunakan IRR (internal rate of return) dan NPV (net present value). 


Selamat Belajar Studi Kelayakan Usaha. Semoga Sukses ^_^

Comments

negeri hijau said…
waowwww

sangat membantu...
negeri hijau said…
tukaran link ya...

Link blog ini telah saya tambahkan ke blog saya, dan terima kasih sebelumnya.

maaf kalau mengganggu.
Saya mau coba aplikasi ini. Down loadnya gmn?

Thanks..
Gimana cara downloadnya?

Thanks..
Wahyu Endrian said…
@ Negeri Hijau : Boleh mas
@ Mas Darwin Sinurat : wah mas, ndak ada aplikasinya, langsung pake excel mas.....
Unknown said…
alhamdulillah blog ini memberikan pencerahan kepada saya tentang langkah2 dalam penilaian usaha

yang saya mau tanyakan tentang betanya itu ditentukan dari mana ya?

masih bingung

terimakasih pencerahannya

Popular posts from this blog

Tarif Jasa Penyusunan Studi Kelayakan Usaha

Berikut ini adalah tarif / biaya jasa penyusunan studi kelayakan (feasibility study), tidak termasuk biaya survey ke lokasi proyek : Perkebunan / Logging Rp 30.000.000,- $0D Manufaktur Rp 25.000.000,- Perhotelan Rp. 25.000.000,- Perumahan Rp. 25.000.000,- Pertambangan Rp 30.000.000,- Peternakan / Perikanan Rp. 30.000.000,- Perkapalan Rp 25.000.000,- Rumah Sakit Rp 25.000.000,- Konstruksi Rp 25.000.000,- Tarif dapat berubah sesuai dengan tingkat kesulitan penyusunan studi kelayakan (feasibility study of business). Tarif bisa di nego.

Analisa Rasio Keuangan (Ratio Analysis)

Didalam proyeksi keuangan, Kemampuan likuiditas, solvabilitas dan kemapuan untuk menutup biaya operasi tentu harus dipertimbangkan dalam menyusun studi kelayakan usaha / studi kelayakan proyek / studi kelayakan bisnis (Feasibility Study of business). Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisa rasio keuangan yang tentu sebelumnya harus membuat terlebih dahulu proyeksi laba rugi (income statement), arus kas (cash flow), dan  neraca (balance sheet). berikut ini adalah beberapa analisa rasio keuangan yang sering digunakan dalam laporan studi kelayakan : Liquidity Ratio (Rasio Likuiditas) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar. Alat untuk mengukur rasio likuiditas adalah Current Ratio dan Cash Ratio.  Current Ratio diperoleh dari total aktiva lancar dibagi total hutang lancar. Semakin tinggi Current Ratio berarti semakin besar kemampuan aktiva lanca